Biaya pengembangan dan penggunaan kecerdasan buatan (AI) merupakan kendala utama, itulah sebabnya semua orang mencari yang termurah. Namun, kemajuan teknologi terkini menunjukkan bahwa biaya akan turun secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang. CEO OpenAI Sam Altman baru-baru ini mengklaim bahwa biaya AI menurun 10 kali lipat setiap tahun, sebuah klaim yang dapat merevolusi aksesibilitas dan penerapan AI di banyak bidang. Artikel ini membahas faktor-faktor yang menyebabkan penurunan biaya ini, implikasi potensial, dan tantangan dalam mendemokratisasi akses ke AI.
Faktor di balik penurunan drastis biaya AI
Beberapa faktor berkontribusi untuk mengurangi biaya AI. Pertama, kemajuan konstan dalam desain dan pembuatan chip khusus (GPU, TPU) memungkinkan peningkatan daya komputasi sekaligus mengurangi konsumsi energi. Chip ini, yang dioptimalkan untuk tugas pembelajaran mesin, sangat penting untuk pelatihan dan penerapan model AI yang kompleks. Meningkatkan efisiensi energi dapat mengurangi biaya infrastruktur secara signifikan.
Kemudian, inovasi dalam algoritma dan arsitektur jaringan saraf memungkinkan terciptanya model AI yang lebih efisien dengan lebih sedikit data dan sumber daya komputasi. Teknik pembelajaran transfer dan pembelajaran mandiri memungkinkan penggunaan kembali pengetahuan yang diperoleh dari tugas serupa, sehingga mengurangi waktu dan biaya pelatihan model baru. Terakhir, munculnya komputasi awan menyediakan akses sesuai permintaan ke daya komputasi yang terjangkau dan dapat diskalakan.
Implikasi dan tantangan AI berbiaya rendah
Turunnya biaya AI dapat berdampak besar pada banyak industri. Hal ini dapat membuat AI dapat diakses oleh usaha kecil dan menengah (UKM) yang tidak memiliki sumber daya keuangan untuk berinvestasi dalam solusi AI yang mahal. Hal ini dapat meningkatkan inovasi dan daya saing di banyak bidang, seperti kesehatan, pendidikan, keuangan, dan industri.
Namun, demokratisasi AI ini juga menimbulkan tantangan. Penting untuk memastikan bahwa AI digunakan secara bertanggung jawab dan etis, menghindari bias dan diskriminasi. Selain itu, ada kebutuhan untuk melatih tenaga kerja terampil yang mampu merancang, menerapkan, dan mengelola sistem AI. Terakhir, penting untuk memikirkan implikasi AI pada pasar tenaga kerja dan menerapkan kebijakan untuk mendukung pekerja yang terkena dampak otomatisasi.