Di tengah persaingan teknologi global, Tiongkok tampaknya tertinggal enam bulan di belakang Amerika Serikat dalam bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Penilaian ini datang dari mantan kepala Google di Tiongkok, yang menyoroti tantangan yang dihadapi negara ini untuk mengejar ketertinggalannya dari Amerika Serikat. Artikel ini mengeksplorasi alasan keterlambatan ini dan tantangan yang dihadapi inovasi di Tiongkok.
Ekosistem teknologi yang berubah
Tiongkok telah lama dipandang sebagai pemain utama dalam pengembangan AI, dengan investasi besar-besaran dan kemauan politik yang kuat untuk menjadi pemimpin dunia. Namun, para ahli percaya bahwa negara ini sekarang tertinggal dari Amerika Serikat, terutama dalam hal inovasi dan pengembangan model AI yang canggih. Situasi saat ini adalah hasil dari sejumlah faktor, termasuk ketergantungan China pada teknologi Amerika, terutama di sektor semi-konduktor. Pembatasan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap ekspor teknologi canggih ke Tiongkok juga telah memperburuk ketertinggalan ini.
Tantangan Inovasi di Tiongkok
Terlepas dari upaya besar yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok untuk mempromosikan kecerdasan buatan (AI), negara ini masih menghadapi tantangan besar. Ekosistem penelitian dan pengembangan di Tiongkok mengalami kekurangan kolaborasi dan budaya inovasi yang belum setara dengan Amerika Serikat. Selain itu, Cina harus mengatasi hambatan di bidang kekayaan intelektual dan perlindungan data, yang menghambat kreativitas dan inovasi. Perusahaan-perusahaan Tiongkok juga harus menghadapi kekurangan tenaga kerja terampil di bidang teknologi canggih tertentu.